Running Teks

***Isi,bahasa sesuai dengan Buku "Dibawah Bendera Revolusi", hanya ejaan penulisan yang disempurnakan ***

Rabu, 05 Maret 2014

NASIONALISME, ISLAMISME DAN MARXISME (Bag.VI)



Walaupun pembaca tentunya semua sudah sedikit-sedikit mengetahui apa yang telah diajarkan oleh Karl Marx itu, maka berguna pulalah agaknya, jikalau kita disini mengingatkan, bahwa jasanya ahli-fikir ini ialah:- ia mengadakan suatu pelajaran gerakan fikiran yang bersandar pada perbendaan (Materialistische Dialectiek); - ia membentangkan teori, bahwa harganya barang-barang itu ditentukan oleh banyaknya “kerja” untuk membikin barang-barang itu, sehingga” kerja”ini ialah “wertbildende Subtanz”, dari barang-barang itu(arbeids-waarde-leer); - ia membeberkan teori, bahwa hasil pekerjaan kaum buruh dalam pembikinan barang itu adalah lebih besar harganya daripada yang ia terima sebagai upah (meerwaarde);ia mengadakan suatu pelajaran riwayat yang berdasar perikebendaan, yang mengajarkan, bahwa “bukan budi-akal manusialah yang menentukan keadaanya, tetapi sebaliknya keadaannya berhubung dengan pergaulan- hiduplah yang menentukan budi –akalnya”(materialistiche geschiedenisopvatting); - ia mengadakan teori, bahea oleh karena “meerwaarde” itu dijadikan kapital pula, maka kapital itu makin lama makin menjadi besar (kapitaalsaccumulatie), sedang kapital-kapital yang kecil sama mempersatukan diri jadi modal yang besar (kapitaalscentralisatie), dan bahwa, oleh karena persaingan, perusahaan-perusahaan yang kecil sama mati terdesak perusahaan-perusahaan yang besar, sehingga oleh desakan-desakan ini akhirnya cuma tinggal beberapa perusahaan saja yang amat besar(kapitaals concentratie); -  dan ia mendirikan teori, yang dalam aturan kemodalan ini nasibnya kaum buruh makin lama makin tak menyenangkan dan menimbulkan dendam hati yang makin lama makin sangat (Verelendungstheorie); - teori-teori mana, berhubung dengan kekurangan tempat, kita tidak bisa menerangkan lebih lanjut pada pembaca-pembaca yang belum mengetahuinya.
 http://pikiransoekarno.blogspot.com/
Meskipun musuh-musuhnya, diantara mana kaum anarchis, sama menyangkal jasa-jasanya Marx yang kita sebutkan diatas ini, meskipun lebih dulu , dalam tahun 1825, Adolphe Blanqui dengan cara historis-materialistis sudah mengatakan bahwa riwayat itu “menetapkan kejadian-kejadiannya” sedang ilmu ekonomi “menerangkan sebab-apa kejadian-kejadian itu terjadi”, meskipun teori meerwaarde itu sudah dulu dilahirkan oleh ahli-ahli pikir sebagai Siamondi, Thompson dan lain-lain; meskipun pula teori konsentrasi-modal atau arbeldswaardelee itu ada bagian-bagiannya yang tak bisa mempertahankan diri terhadap  kritik musuhnya yang tak jemu-jemu mencari-cari salahnya; - meskipun begitu, maka tetaplah, bahwa stelselnya Karl Marx itu mempunyai pengertian yang penting dalam sifat bagian-bagiannya. Tetaplah pula, walaupun teori-teori itu sudah lebih dulu dilahirkan oleh ahli pikir lain, dirinya Marx-lah yang meski “bahasa”-nya itu kaum “alasan” sangat berat dan sukarnya dengan terang-benderang menguraikan teori-teori itu bagi kaum “tertindas dan sengsara yang melarat-pikiran itu dengan pahlawan-pahlawannya, sehingga mengerti dengan terang-benderang. Dengan gampang saja, sebagai suatu soal yang “sudah-mestinya-begitu”, mereka lalu mengerti teorinya atas meerwaarde, lalu mengerti, bahwa simajikan itu lekas menjadi kaya oleh karena ia tidak memberikan semua hasil pekerjaan padanya; mereka lalu saja bahwa keadaan dan susunan ekonomilah yang menetapkan keadaan manusia tentang budi akal, agama dan lain-lainnya. –bahwa manusia itu; er lat was er lat; mereka lantas saja mengerti, bahwa kapitelisme itu akhirnya pastilah binasa, pastilah lenyap diganti oleh susunan pergaulan-hidup yang lebih adil. –bahwa kaum “bursuasi” itu “teristimewa mengadakan tukang-tukang penggali liang kuburnya”.
 http://pikiransoekarno.blogspot.com/
Begitulah teori-teori yang dalam dan berat itu masuk tulang-sumsumnya kaum buruh di Eropa, masuk pula tulang sumsumnya kaum buruh di Amerika. Dan “tidaklah sebagai suatu hal yang ajaib, bahwa kepercayaan ini telah masuk dalam berjuta-juta hati dan tiada suatu kekuasaan juapun dimuka bumi ini yang dapat mencabut lagi daripadanya”. Sebagai tebaran benih yang ditiup angin kemana-mana tempat, dan tumbuh pula dimana-mana ia jatuh, maka benih Marxisme ini berakar dan bersulur dimana0mana pula, maka kaum “bursuasi” sama menyiapkan diri dan berusaha membasmi tumbuhan-tumbuhan “bahaya proletar” yang makin lama makin subur itu. Benih yang ditebar-tebarkan di Eropa itu, sebagian telah diterbangkan oleh topan-zaman kearah khatulistiwa, terus ke timur, hingga jatuh dan tumbuh diantara bukit-bukit dan gunung-gunung yang tersebar disegenap kepulauan “sabuk-zamrud”, yang bernama Indonesia. Dengungnya nyanyian “internasional”, yang dari sehari-kesehari menggetarkan udara barat, sampai kuatlah hebatnya bergaung dan berkumandang diudara timur. . .
 http://pikiransoekarno.blogspot.com/
Pergerakan Marxistis di Indonesia ini, ingkarlah sifatnya kepada pergerakan yang berhaluan Nasionalistis, ingkarlah kepada pergerakan yang berazas ke-Islam-an. Maka beberapa tahun yang lalu, keingkaran ini sudah sudah menjadi suatu pertengkaran perselisihan faham dan pertengkaran sikap, menjadi suatu pertengkaran saudara, sebagai yang sudah kita terangkan dimuka, menyuramkan dan menggelapkan hati siapa yang mengutamakan perdamaian, menyuramkan dan menggelapkan hati siapa yang mengerti, bahwa dalam pertengkaran yang demikian itulah letaknya kesalahan kita. Kuburkanlah nasionalisme, kuburkanlah politik cinta tanah-air, dan lenyapkanlah politik-keagamaan. –begitulah seakan-akan lagu-perjuangan yang kita dengar. Sebab katanya; Bukankah Marx dan Engels telah mengatakan bahwa “kaum buruh itu tak mempunyai tanah-air”? Katanya: Bukankah dalam “Manifes Komunis” ada tertulis bahwa “komunisme itu melepaskan agama”? Katanya: Bukankah Bibel telah mengatakan, bahwa “bukanlah Allah yang membikin manusia, tetapi manusialah yang membikin-bikin Tuhan”?
 http://pikiransoekarno.blogspot.com/
Dan sebaliknya! Pihak Nasionalis dan Islamis tak berhenti-henti pula mencaci-maki pihak Marxis, mencaci-maki pergerakan yang “bersekutuan” dengan orang asing itu, dan mencaci-maki pergerakan yang “mungkir” akan Tuhan. Mencacipergerakan yang mengambil teladan akan negeri Rusia yang menurut pendapatnya : azasnya sudah pailit dan terbukti tak dapat melaksanakan cita-citanya yang memang sudah utopi, bahkan mendatangkan “kalang-kabutnya negeri” dan bahaya-kelaparan dan hawa-penyakit yang mengorbankan nyawa kurang-lebih limabelas juta manusia, suatu jumlah yang lebih besar dari pada jumlahnya sekalian manusia yang binasa dalam peperangan besar yang akhir itu.
Demikian dengan bertambahnya tuduh-menuduh atas dirinya masing-masing pemimpin, duduknya perselisihan beberapa tahun yang lalu: satu sama lain sudah salah mengerti dan saling tidak mengindahkan.
Sebab taktik Marxisme yang baru, tidaklah menolak pekerjaan-pekerjaan bersama-sama dengan Nasionalis dan Islamis di Asia. Takik Marxisme yang baru, malahan menyokong pergerakan-pergerakan Nasionalis dan Islamis yang sungguh-sungguh, Marxis yang masih saja bermusuhan dengan pergerakan-pergerakan Nasionalis dan Islamis yang keras di Asia, Marxis yang demikian itu tak mengikuti aliran zaman, dan tak mengerti akan taktik Marxisme yang sudah berubah.
Sebaliknya, Nasionalis dan Islamis yang menunjuk-nunjuk akan “pailitnya” Marxisme itu dan menunjuk-nunjuk akan bencana kekalang-kabutan dan bencana-kelaparan yang telah terjadi oleh “prakteknya” faham marxisme itu. –mereka menunjukkan tak mengertinya atas faham Marxisme, dan tak mengertinya atas sebabnya terpelesetnya “prakteknya” tadi. Sebab tidaklah Marxisme sendiri mengajarkan, bahwa sosialismenya itu hanya bisa tercapai dengan sungguh-sungguh bilamana negeri-negeri yang besar-besar itu semuanya di-“sosialis”-kan?
 http://pikiransoekarno.blogspot.com/
Bukankah “kejadian” sekarang ini jauh berlainan dari pada “voorwaarde” (syarat) untuk terkabulnya maksud Marxisme itu?

 http://pikiransoekarno.blogspot.com/
Utuk adilnya kitapunya hukuman terhadap “prakteknya” faham Marxisme itu, maka haruslah kita ingat, bahwa ‘pailit” dan “kalang-kabutnya”-nya negeri Rusia adalah dipercepat pula oleh penutupan atau blokade oleh semua negeri-negeri musuhnya, dipercepat pula oleh hantaman dan serangan pada empatbelas tempat oleh musuh-musuhnya sebagai Inggris, Perancis dan jenderal-jenderal Koltchak, Denikin, Yudenttch dan Wrangel; dipercepat pula oleh anti-propaganda yang dilakukan oleh hampir semua surat kabar diseluruh dunia.
 http://pikiransoekarno.blogspot.com/
Didalam pemandangan kita, maka musuh-musuhnya itu pulaharus ikut bertanggung-jawab atas matinya limabelas juta orang yang sakit dan kelaparan itu, dimana mereka menyokong pennyerangan Koltchak, Denikin, Yudenitch dan Wrangel itu dengan harta dan benda; dimana umpamanya negeri Inggris, yang membuang-buang berjuta-juta rupiah untuk menyokong penyerangan atas diri sahabatnya yang dulu itu “telah mengotorkan nama Inggris didunia dengan menolak memberi tiap-tiap bantuan pada kerja-penolongan” sisakit dan silapar itu; dimana di Amerika, di Rumania, dan Hungaria pada saat terjadinya bencana itu pula, karena terlalu banyaknya gandum, orang sudah memakai gandum itu untuk kayu bakar, sedang dinegeri Rusia orang-orang didistrik Samara makan daging anak-anaknya sendiri oleh karena laparnya.
 http://pikiransoekarno.blogspot.com/
Bahwa sesungguhnya luhurlah sikapnya H.G. Wells, penulis Inggris yang masyur itu, seorang yang bukan Komunis, dimana ia dengan tak memihakpada siapa juga, menulis bahwa, umpamanya kaum Bolshevik itu “tidak dirintang-rintangi mereka barangkali bisa menyelesaikan suatu ekperimen (percobaan) yang maha-besar faedahnya bagi perikemanusiaan . . .  Tetapi dirintang-rintangi”. (bersambung.....!!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar