Running Teks

***Isi,bahasa sesuai dengan Buku "Dibawah Bendera Revolusi", hanya ejaan penulisan yang disempurnakan ***

Selasa, 25 Februari 2014

NASIONALISME, ISLAMISME DAN MARXISME


NASIONALISME, ISLAMISME DAN MARXISME (Bag.I)

Sebagai Aria Bima Putera yang lahirnya dalam zaman perjuangan, maka Indonesia  Muda inilah melihat cahaya hari pertama-tama dalam zaman yang rakyat-rakyat Asia, lagi berada dalam perasaan yang tak senang dengan nasibnya. Tak senang dengan nasib ekonominya, tak senang dengan nasib politiknya, tak senang dengan segala nasib yang lain-lainnya.
http://pikiransoekarno.blogspot.com
Zaman “senang dengan apa adanya”, sudahlah lalu.
Zaman baru: zaman muda, sudahlah datang sebagai fajar yang terang cuaca.
Zaman teori kaum kuno, yang mengatakan bahwa “siapa yang ada dibawah, harus terima senang, yang ia anggap cukup harga duduk dalam perbendaharaan riwayat, yang barang kemas-kemasnya berguna untuk memelihara siapa yang lagi berdiri dalam hidup”, kini sudahlah tak mendapat penganggapan lagi oleh rakyat-rakyat Asia itu. Pun makin lama makin tipislah kepercayaan rakyat-rakyat itu, bahwa rakyat-rakyat yang mempertuankannya itu,  adalah sebagai “voogd” yang kelak kemudian hari akan “ontvoogden” mereka; makin lama makin tipislah kepercayaannya, bahwa rakyat-rakyat yang mempertuankannya itu ada sebagai “saudara tua”,  yang dengan kemauan sendiri akan melepaskan mereka, bilamana mereka sudah dewasa “dewasa”, “akil balig”, atau “masak”.


Sebab tipisnya kepercayaan itu adalah bersendi pengetahuan, bersendi keyakinan, bahwa yang menyebabkan kolonisasi itu bukanlah keinginan pada kemasyuran, bukan keinginan melihat dunia asing, bukan keinginan merdeka, dan bukan pula oleh karena negeri rakyat yang menjalankan kolonisasi itu ada terlampau sesak oleh banyaknya penduduk,- sebagai yang telah diajarkan oleh Gustav Klemm-, akan tetapi asalnya kolonisasi ialah teristimewa soal rezeki.
http://pikiransoekarno.blogspot.com
“yang pertama-tama menyebakan kolonisasi ialah hampir selamanya kekurangan bekal hidup dalam tanah airnya sendiri”, begitulah Dietrich Schafer berkata. Kekurangan rezeki, itulah yang menjadi sebab rakyat-rakyat Eropa mencari rezeki di negeri lain ! Itulah pula yang menjadi sebab rakyat-rakyat itu menjajah negeri-negeri, dimana mereka bisa mendapat rezeki itu. Itulah pula yang membikin “ontvoogding”-nya negeri-negeri jajahan oleh negeri-negeri yang menjajahnyaitu, sebagai suatu barang yang sukar dipercayainya. Orang tak akan gampang-gampang melepaskan bakul nasinya, jika pelepasan itu mendatangkan matinya
http://pikiransoekarno.blogspot.com
Begitulah, bertahun-tahun, berwindu-windu, rakyat-rakyat Eropa mempertuankan negeri-negeri Asia. Berwindu-windu rezeki-rezeki Asia masuk ke negerinya. Teristimewa Eropa Baratlah yang bukan main tambah kekayaannya.
http://pikiransoekarno.blogspot.com
Begitulah tragisnya riwayat-riwayat negeri-negeri jajahan! Dan keinsyafan akan tragis inilah yang menyadarkan rakyat-rakyat jajahan itu; sebab,walaupun lahirnya sudah kalah dan takluk,maka Spirit of Asia masihlah kekal. Roh Asia masih hidup sebagai api yang tiada padamnya!Keinsyafanakan tragis inilah pula yang sekarang menjadi nyawa pergerakan  rakyat di Indonesia- kita,yang walaupun dalam maksudnya sama, ada mempunyai tiga sifat: NASIONALISTIS, ISLAMISTIS dan MARXISTIS-lah adanya.
Mempelajari, mencari hubungan antara ketiga sifat itu, membuktikan, bahwa tiga haluan ini dalam suatu negeri jajahan tak guna berseteruan satu sama lain, membuktikan pula, bahwa ketiga gelombang ini bisa bekerja bersama-sama menjadi satu gelombang yang maha besar dan maha- kuat, satu ombak-topan yang tak dapat di tahan terjangnya, itulah kewajiban yang kita semua harus memikulnya.
http://pikiransoekarno.blogspot.com
Akan hasil atau tidaknya kita menjalankan kewajiban yang seberat dan semulia itu, bukanlah kita yang menentukan. Akan tetapi, kita tidak boleh putus-putus berdaya- upaya, tidak boleh habis-habis ikhtiar menjalankan kewajiban ikut mempersatukan gelombang-gelombang tadi itu! Sebab kita yakin, bahwa persatuanlah yang kelak kemudian hari membawa kita kearah terkabulnya impian kita: Indonesia-Merdeka !
Entah bagaimana tercapainya persatuan itu; entah pula bagaimana rupanya persatuan itu; akan tetapi tetaplah, bahwa kapal yang membawa kita ke-Indonesia-Merdeka itu, jalan Kapa(-Persatuan adanya! Mahatma, jurumudi yang akan membuat dan mengemudikan Kapal-Persatuan itu kini barangkali belum ada, akan tetapi yakinlah kita pula, bahwa kelak kemudian hari mustilah datang saatnya, yang Sang-Mahatma itu berdiri ditengah kita!...
http://pikiransoekarno.blogspot.com
Itulah sebabnya kita dengan besar hati mempelajari dan ikut meratakan jalan yang menuju persatuan itu. Itulah maksudnya tulisan yang pendek ini.
Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme!
http://pikiransoekarno.blogspot.com
Inilah azas-azas yang dipeluk oleh pergerakan-pergerakan rakyat diseluruh Asia. Inilah paham-paham yang menjadi rohnya pergerakan-pergerakan di Asia ini. Rohnya pula pergerakan-pergerakan-pergerakan di Indonesia kita ini.
http://pikiransoekarno.blogspot.com
Partai Budi Utomo”marhum”Nationaal Indische Partij yang kini masih “hidup”, Partai Serikat Islam, Perserikatan Minahasa, Partai Komunis Indonesia, dan masih banyak partai-partai lain...itu masing-masing mempunyai roh Nasionalisme, roh Islamisme, atau roh Marxisme adanya. Dapatkah roh-roh ini dalam politik jajahan bekerja bersama-sama menjadi satu Roh yang Besar, Roh Persatuan! Roh Persatuan, yang akan membawa kita ke-lapang ke-Besaran?
http://pikiransoekarno.blogspot.com
Dapatkah dalam tanah jajahan pergerakan Nasionalisme itu dirapatkan dengan pergerakan Islamisme yang yang pada hakikatnya tiada bangsa, dengan pergerakan Marxisme yang bersipat perjuangan internasional?
Dapatkah Islamisme itu, ialah sesuatu agama, dalam politik jajahan bekerja bersama-sama denganNasionalisme yang mementingkan bangsa, dengan materialismenya Marxisme yang mengajar perbendaan?
http://pikiransoekarno.blogspot.com
Akan hasilkah usaha kita merapatkan Budi Utomo yang begitu sabar-halus (gematigd), dengan Partai Komunis Indonesia yang begitu keras sepaknya, begitu radikal militan terjangnya? Budi Utomo yang begitu evolusioner, dan Partai Komunis Indonesia yang walaupun kecil sekali, oleh musuh-musuhnya begitu didesak dan dirintangi, oleh sebab rupa-rupanya musuh-musuh itu yakin akan peringatan Al Carthill, bahwa “yang mendatangkan pemberontakan-pemberontakan itu biasanya bagian-bagian terkecil, dan bagia-bagian yang terkecil sekali”? [BERSAMBUNG...]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar