Kita ulangi lagi: tidak adalah halangannya Nasionalis itu
dalam geraknya, bekerja bersama-sama dengan Islamis dan Marxis.
http://pikiransoekarno.blogspot.com
Nasionalis yang sejati, yang cintanya pada tanah-air itu
bersendi pada pengetahuan atau susunan ekonomi-duniadan riwayat, dan bukan
semata-mata timbul dari kesombongan bangsa belaka, - nasionalis yang bukan
chauvinis, tak boleh tidak, haruslah menolak segala paham pengecualian yang
sempit-budi itu.
http://pikiransoekarno.blogspot.comom
Nasionalis yang sejati, yang nasionalismenya itu bukan
semata-mata suatu copy atau tiruan dari nasionalisme Barat, akan tetapi timbul
dari rasa cinta akan manusia dan kemanusiaan, - nasionalis yang menerima rasa
nasionalismenya itu sebagai suatu wahyu dan melaksanakan rasa iru sebagai
suatu bukti, adalah terhindar dari segala
paham kekecilan dan kesempitan. Baginya, maka rasa cinta bangsa itu adalah
lebar dan luas, dengan memberi tempat pada lain-lain sesuatu, sebagai lebar dan
luasnya udara yang memberi tempat pada segenap sesuatu yang perlu untuk
hidupnya segala hal yang hidup.
http://pikiransoekarno.blogspot.com
Wahai, apakah sebabnya kecintaan-bangsa dari banyak
nasisonalis Indonesia lalu menjadi kebencian, jikalau dihadapkan pada
orang-orang Indonesia yang berkeyakinan Islamistis! Apakah sebabnya kecintaan
itu lalu berbalik menjadi permusuhan, jikalau dihadapkan pada orang-orang
Indonesia yang bergerak Marxisme? Tiadakah tempat dalam sanubarinya untuk
nasionalismenya Gopala Krishna Gokhate, Mahatma Gandhi, atau Chita Ranjam Das? Janganlah hendaknya kaum kita sampai hati memeluk jingo
nationalism, sebagai jingo nationalismnya Arya-Samaj di India pembelah dan
pemecah persatuan Hindu-Muslim; sebab jingo nationalism yang semacam itu
“akhirnya pastilah binasa”, oleh karena “nasionalisme hanyalah dapat mencapai apa yang
dimaksudkannya, bilamana bersendi atas azas-azas yang lebih suci”. Bahwasanya, hanya nasionalisme-ke-Timur-anahyang pantas
dipeluk oleh nasionalis-Timur yang sejati. Nasionalisme-Eropa,ialah suatu
nasionalisme yang bersipat serang-menyerang, suatu nasionalisme yang mengejar
keprluan sendiri, suatu nasionalisme perdagangan yang untung atau rugi, -
nasionalisme yang semacam itu akhirnya pastilah alah, pastilah binasa.
http://pikiransoekarno.blogspot.com
Adakah keberatan untuk kaum Nasionalis yang sejati, buat
bekerja bersama-sama dengan kaum Islam, oleh karena Islam itu melebihi
kebangsaan dan melebihi batas – negeri ialah super- nasional
super-teritorial?Adakah internasionaliteit Islam suatu rintangan buat geraknya
nasionalisme, buat geraknya kebangsaan? Banyak nasionalis-nasionalis diantara kita yang sama lupa
bahwa pergerakan-nasionalisme dan Islamisme di Indonesia ini –ya,diseluruh
Asia- ada sama asalnya,sebagai yang telah kita uraikan di awal tulisan
ini:dua-duanya berasal nafsu melawan “Barat”, atau lebih tegas,melawan
kapitalisme dan imperialisme Barat,sehingga sebenarnya bukan lawan, melainkan
kawannyalah adanya.Betapa lebih luhurnya sikap nasionalis Prof.T.L.Vaswani,
seorang yang bukan Islam, yang menulis: “Jikalau Islam menderita sakit, maka
Roh kemerdekaan Timur tentulah sakit juga; sebab makin sangatnya negeri-negeri
Muslim kehilangan kemerdekaannya, makin lebih sangat pula imperialisme Eropa
mencekik Roh Asia . Tetapi, saya percaya pada Asia-sediakala; saya percaya
bahwa Rohnya masih akan menang. Islam adalah Internasional, dan jikalau Islam
merdeka, maka nasionalisme kita itu adalah diperkuat oleh segenap kekuatannya
iktikad internasional itu.”
http//www.pikiransoekarno.blogspot.com
Dan bukan itu saja. Banyak nasionalis-nasionalis yang sama
lupa, bahwa orang Islam, dimanapun juga ia adanya, diseluruh “Darul Islam”,
menurut agamanya, waji bekerja untuk keselamatan orang negeri yang di
tempatinya. Nasionalis-nasionalis itu lupa,bahwa orang Islam yang
sungguh-sungguh menjalankan ke-Islam-annya, baik orang Arab maupun orang India,
baik orang Mesir maupun orang manapun juga, jikalau berdiam di Indonesia, wajib
pula bekerja untuk keselamatan Indonesia itu. “Dimana-mana orang Islam
bertempat, bagaimanapun juga jauhnya dari negeri tempat kelahirannya, di dalam
negeri yang baru itu ia masih menjadi satu bahagian daripada rakyat Islam,
daripada Persatuan Islam. Dimana-mana orang Islam bertempat, disitulah ia harus
mencintai dn bekerja untuk keperluan negeri itu dan rakyatnya”.
Inilah Nasionalisme Islam! Sempit- budi dan
sempit-pikiranlah nasionalis yang memusuhi Islamisme serupa ini. Sempit-budi
dan sempit-pikiranlah ia, oleh karena ia memusuhi suatu azas, yang, walaupun
internasional dan interrasial, mewajibkan pada segenab pemeluknya yang ada di
Indonesia, bangsa apa merekapun juga, mencintai dan bekerja untuk keperluan
Indonesia dan rakyat Indonesia juga adanya! Adakah pula keberatan untuk kaum Nasionalis sejati, bekerja
bersama-sama dengan kaum Marxis, oleh karena Marxisme itu internasional juga?
http://pikiransoekarno.blogspot.com
Nasionalis yang segan
berdekatan dan bekerja bersama-sama dengan kaum Marxis,-Nasionalis yang semacam
itu menunjukkan ketiadaan yang sangat, atas pengetahuan tentang berputarnya
roda- politik dunia dan riwayat. Ia lupa, bahwa asal pergerakan Marxis di Indonesia atau Asia itu, juga
merupakan tempat asal pergerakan mereka. Ia lupa bahwa arah pergerakannya
sendiri itu acap kali sesuai dengan arah pergerakan bangsanya yang Maxistis
tadi. Ia lupa, bahwa memusuhi bangsanya yang Marxistis itu, samalah artinya
dengan menolak kawan-sejalan dan menambah adanya musuh. Ia lupa dan tak mengerti akan arti sikapna saudara-saudaranya
dilain-lain negeri Asia, umpamanya almarhum Dr. Sun Yat Sen, panglima
nasionalis yang besar itu, yang dengan segala kesenangan hati bekerja
bersama-sama dengan kaum Marxis walaupun beliau itu yakin, bahwa peraturan
Marxis pada saat itu belum bisa di adakan di negeri tiongkok, oleh karena
negeri tiongkok itu tidak ada syarat-syarat yang cukup –masak untuk mengadakan
peraturan Marxis itu.Perlukah kita membuktikan lebih lanjut, bahwa Nasionalisme
itu, baik sebagai suatu keinsyafan rakyat, bahwa rakyat itu ada satu golongan,
satu bangsa; maupun sebagai suatu persatuan perangai yang terjadi dari
persatuan hal-ihwal yang telah dijalani oleh rakyat itu, - perlukah kita
membuktikan lebh lanjut bahwa Nasionalisme itu, asal saja yang memeluknya mau,
bisa dirapatkan dengan Islamisme dan Marxisme? Perlukah kita lebih lanjut
mengambil contoh-contoh sikapnyapendekar-pendekar Nasionalis dilain-lain
negeri, yang sama bergandengan tangan dengan kaum-kaum Islamis dan rapat-diri
dengan kaum-kaum Marxis? Kita rasa tidak! Sebab kita percaya bahwa tulisan ini,
walaupun pendek dan jauh kurang sempurna, sudahlah cukup jelas untuk
Nasionalis-nasionalis kita yang malu bersatu. Kita percaya, bahwa semua
Nasionalis-nasionalis-muda adalah
berdiri disamping kita. Kita percaya pula, bahwa masih banyaklah
Nasionalis-nasionalis kolot yang mau akan persatuan; hanyalah kebimbangan
mereka akan kekalnya persatuan itulah yang mengecilkan hatinya untuk
mengikhtiarkan persatuan itu. Pada mereka itulah terutama tulisan ini kita
hadapkan; untuk merekalah terutama tulisan ini kita adakan.
http://pikiransoekarno.blogspot.com
Kita tidak menuliskan rencana ini untuk
Nasionalis-nasionalis yang tidak mau bersatu. Nasionalis-nasionalis yang demikian itu kita serahkan kepada
pengadilan riwayat, kita serahkan pada putusannya mahkamah histori! (Bersambung..........!!!) http//www.pikiransoekarno.blogspot.com
Islamisme,
Ke-Islam-an!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar